Posted on Agustus 21, 2009 by Admin
Di tabloid Nova dikisahkan seorang anak yang bernama Hilal ususnya harus dipotong karena kebanyakan makan mie instan.
Sebaiknya jangan biarkan anak makan mie
instan. Jika pun harus, masaklah air yang banyak. Sisihkan sebagian air
untuk kuah dan masukan ke piring. Setelah itu baru masukan mie. Buang
air rebusan mie (jangan dimakan). Bumbu cukup separuh dan perbanyak
airnya hingga penuh agar bumbunya jadi hambar.
Memang jadinya kurang begitu enak. Tapi itu lebih baik ketimbang usus harus dipotong seperti kasus anak di bawah ini.
Di Kompas.com
diberitakan Petugas Departemen Kesehatan dan Makanan Taiwan melakukan
razia mendadak ke beberapa toko dan menyita mi instan Indomie produksi
Indonesia. Mereka menyatakan, mi instan buatan Indofood tersebut
mengandung dua bahan yang tidak diperkenankan untuk digunakan dalam
makanan dan dilarang diperjualbelikan.
Menurut tes yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan Taiwan, Indomie memiliki 2 bahan pengawet yang
tidak lolos dalam klasifikasi barang impor, yaitu bahan pengawet hydroxy
methyl benzoate pada minyak dan bahan pengawet benzoic acid pada
bumbunya.
Kepala administrasi bagian medicine food
Wang Shu Fen menyatakan, hydroxy methyl benzoate biasanya dipakai untuk
bahan kosmetik. Taiwan sendiri melarang memakai bahan pengawet ini di
dalam makanan. Adapun benzoic acid dipakai untuk bahan pengawet makanan,
tetapi dilarang dipakai di mi instan. Bahan pengawet ini jika
dikonsumsi berkepanjangan akan merusak kinerja liver, sakit maag,
muntah, dan keracunan asidosis metabolik.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/10/11/09130294/Indomie.Dirazia.Depkes.Taiwan
Sementara Pemerintah Singapura mengadakan
investigasi pada produk Indomie untuk memastikan apakah Indomie
mengandung kedua bahan berbahaya tersebut. Menurut AVA (Agri-Food and
Veterinary Authority), Singapura juga tidak mengizinkan pemakaian zat
pengawet itu pada produk mi instan.
Ada pun pemerintah Indonesia menyatakan
Indomie aman karena kedua bahan berbahaya tersebut masih “dibawah
ambang” batas pemakaian.
Dari DetikFinance diberitakan bahwa
Sofyan Wanandi menyatakan kasus Indomie itu sekedar salah kirim. Indomie
yang seharusnya untuk pasar Indonesia, ternyata terkirim ke Taiwan.
Akibatnya, pemerintah Taiwan melarangnya karena mengandung Nipagin yang
dilarang dipakai sebagai pengawet makanan di sana.
Silahkan baca juga:
http://infoindonesiakita.com/2014/01/08/bahaya-minuman-soda-coca-cola-pepsi-fanta-dsb-bagi-kesehatan/
Usus Dipotong akibat Kebanyakan Mi Instan
Jumat, 21 Agustus 2009 | 12:38 WIB
Laporan wartawan NOVA Ester Sondang
MAKSUD hati membantu suami menambah
penghasilan, apa daya anak jadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah
hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) kini harus menelan pil
pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong. Rupanya tiap
hari Hilal hanya menyantap mi instan karena di rumah tak ada orang yang
memasakkan makanan untuknya. Berikut cerita Erna.
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat
penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga.
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu
mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja,
Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi
instan. Bukan salah ibuku, sih, karena sebelumnya, aku juga suka
memberinya makanan itu jika sedang tidak masak.
Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila”
makanan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jika tak diberi mi instan.
Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan
menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal pasti akan
membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang
kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit
biasa. Anehnya, setelah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan
ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya
membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat
rumah. Karena tetap tidak ada perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU
Dr Slamet, Garut. Ternyata hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan
dari yang kuduga. Kupikir, cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal
bisa segera sembuh. Rupanya tak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen
memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi karena beberapa bagian di
ususnya bocor dan membusuk. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter
menjawab, akibat dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selama ini
tidak sehat dan membuat ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu
sering menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas rujukan dokter, kami kemudian
membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan alasan peralatan
medis di RS itu lebih lengkap. Sejak awal, tim dokter sudah pesimistis
dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat badan yang
tidak sampai 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya
tiga orang yang bertahan hidup. Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.
Baru pada 25 November 2008 operasi
dilakukan di RS Immanuel, Bandung. Saat itu aku sedang hamil tiga bulan.
Dokter mengamputasi usus Hilal sekitar 10 cm. Untuk menyatukan bagian
usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis.
Selain itu, dokter juga membuat lubang anus sementara (kolostomi) di
dinding perut sebelah kanan.
Utang belum lunas
Ternyata cobaan kami belum berakhir sampai di situ. Tiga hari kemudian,
dokter menemukan masih ada bagian usus yang bocor. Mau tidak mau, Hilal
harus kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebagian ususnya lagi.
Jelas, aku dan suami sangat ingin Hilal
sembuh. Namun, di sisi lain, penghasilanku sebagai buruh tidaklah
seberapa. Setiap bulan, aku hanya bisa membawa pulang uang Rp 250.000
atau Rp 300.000 kalau lembur. Adapun suamiku penghasilannya tidak pernah
menentu. Maklum, ia hanya kuli kasar di pabrik tahu di Bandung.
Sejak Hilal jatuh sakit, aku memutuskan
berhenti bekerja. Alhasil, suamiku harus banting tulang mengerjakan
pekerjaan apa pun asal menghasilkan uang. Kendati sudah bekerja begitu
keras, rasanya sia-sia saja. Biaya operasi Hilal yang mencapai Rp 16
juta terasa begitu besar dan entah kapan bisa dilunasi. Apalagi, kami
hanya punya waktu 10 hari untuk melunasinya. Untung pihak rumah sakit
berbaik hati memberi kelonggaran waktu dua hari sehingga kami masih
sempat meminjam uang ke beberapa keluarga dan tetangga.
Demi kesembuhan Hilal pula, kami harus
lebih berhemat. Rumah kontrakan kami tinggalkan dan kami menumpang di
rumah orangtuaku. Sebenarnya uang kontrakan rumah itu tidak terlalu
besar, hanya Rp 300.000 per tahun, tapi tetap saja uang sebesar itu
sangat berarti untuk biaya pengobatan Hilal.
Kata dokter, kolostomi di perut Hilal
sudah bisa ditutup setelah tiga bulan. Namun, baru setelah delapan bulan
kemudian, tepatnya 23 Juli 2009, operasi penutupan dilakukan. Apalagi
kalau bukan masalah biaya. Itu pun bisa dilakukan karena kami dapat
bantuan dari sebuah stasiun televisi swasta sebesar Rp 14 juta.
Baca selengkapnya di:
The Consumers Association of Penang
(CAP) calls on consumers to avoid eating instant noodles as it is
harmful to health. Studies have shown that the consumption high sodium
content in instant noodles is linked to a variety of diseases such as
hypertension, heart disease, stroke and kidney damage.
In 2004 Malaysians consumed 870 million
packets of instant noodles but by 2008 it had increased to more than
1210 million packets. This is an increase of nearly 40 percent during
the period of 4 years.
Instant noodle is a highly processed
food that lacks nutritive value. It is a junk food. Every single serving
of instant noodle is high in carbohydrates, sodium and other food
additives, but low on essential elements such as fibre, vitamins and
minerals.
According to the Codex Standards (FAO
standards) for instant noodles, acid regulators, flavour enhancers,
thickeners, humectants, colours, stabilizers, anti-oxidants,
emulsifiers, flour treatment agents, preservatives and anti-caking
agents – are allowed to use in the making of instant noodles.
24 of the 136 listed additives in the
Codex Standards are sodium salts. And the use of sodium additives is the
main reason why instant noodles are high in sodium. High sodium foods
can cause hypertension, heart disease, stroke, kidney damage and other
health problems.
Tests conducted by CAP on 10 samples of
instant noodles found three samples to contain sodium above 1,000 mg.
The average amount of sodium found in the samples was 830 mg. According
to the current US Recommended Dietary Allowance (RDA) of sodium for
adults and children over 4 years old is 2400 mg/day. The consumption of
instant noodles can easily cause excessive sodium intake as sodium is
commonly used in our other daily foods especially from processed and
hawker’s food.
Another health concern is the reported
leaching of dioxin and other hormone-like substances from the plastic
container of the cup noodle. As hot water is added harmful substances
could seep into the soup.
One of the major concerns of instant
noodle is that it can produce oxidised fat and oil if it is not managed
properly during the manufacturing process. This is of concern if the
cooking oil is not maintained at the proper temperature or the oil is
not changed as often as necessary.
Instant noodles are coated with wax to
prevent the noodles from sticking together. This can be seen when hot
water is added to the noodles. After some time the wax can be seen
floating in the water.
The Codex Standards also allow the use of
10,000 mg/kg of the chemical propylene glycol – an anti-freeze
ingredient as humectants (helps to retain moisture to prevent noodles
from drying) in instant noodles. Propylene glycol is readily absorbed
and it accumulates in the heart, liver and kidneys causing abnormalities
and damage. The chemical is also capable of weakening the immune
system.
Instant noodles and the flavouring soup
base also contain high amounts of monosodium glutamate (MSG). It is a
flavour enhancer used by instant noodle makers to make their shrimp
flavours ”shrimpier” and beef flavours “beefier”. MSG can trigger an
allergic reaction in 1 to 2 % of the population. Individuals who are
allergic to MSG can get burning sensations chest and facial flushing or
pain and headaches from it.
High sodium consumption is linked to
stroke or kidney damage. In Malaysia, there are an estimated 13,000
kidney patients undergoing dialysis. Every year 2,500 people join the
ranks of end-stage renal failure patients. Six new cases of stroke occur
every hour in Malaysia.
Some of the chemicals found in instant
noodles are also capable of causing cancer, for example, dioxin and
plasticisers leached from the containers in the presence of hot water.
According to the World Health Organisation (WHO) at least 30 percent of
all cancers could be prevented through simple measures such as adopting a
healthy diet. Instant noodles are definitely an unhealthy diet which
consumers should avoid.
In view of its unhealthy nature, the
Consumers Association of Penang calls on the Ministry of Health to
launch a campaign to highlight the dangers of instant noodles which is a
popular food among Malaysians.
For the sake of their health consumers should opt for more wholesome food.
==
Health concerns
Instant noodles are often criticized as
being unhealthy or junk food. A single serving of instant noodles is
high in carbohydrates but low in fiber, vitamins and minerals. Noodles
are typically fried as part of the manufacturing process, resulting in
high levels of saturated fat and/or
trans fat.
Additionally, if served in an instant broth, instant noodles typically
contain high amounts of sodium. The current U.S. Recommended Dietary
Allowance of sodium for adults and children over 4 years old is 2,400
mg/day. Some brands may have over 3,000 mg of sodium per package in
extreme cases. Instant noodles and the flavoring soup base also contain
high amounts of monosodium glutamate.
http://en.wikipedia.org/wiki/Instant_noodles
LINDUNGI KELUARGA DAN DIRI ANDA DARI MIE INSTAN…!!!
sumber : dari milis
Para penggemar Mi Instan, pastikan Anda
punya selang waktu paling tidak 3(tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi
Mi Instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi. Dari Informasi
kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu
sebabnya mengapa Mi Instan tidak lengket satu sama lainnya ketika
dimasak. Konsumsi Mie Instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan
seseorang terjangkiti kanker.
Seseorang, karena begitu sibuknya dalam
berkarir(bekerja) sehingga tidak punya waktu lagi untuk memasak,sehingga
diputuskannya untuk mengkonsumsi Mi Instan setiap hari. Akhirnya dia
menderita kanker. Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena
adanya lilin dalam Mi Instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa
tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan
lilin tersebut.
Ada seorang pramugari SIA (Singapore Air)
yang setelah berhenti dan kemudian menjadi seorang ibu rumah tangga,
tidak memasak tetapi hampir selalu mengkonsumsi Mie Instan setiap kali
dia makan. Kemudian akhirnya menderita kanker dan meninggal.
Ada kisah yang mengerikan :
* Ada orang yang sekarang usianya sekitar
48 tahunan tapi sudah 4 tahun terakhir ini kemana-mana membawa alat,
maaf, sebagai pengganti anusnya, karena usus bawah sampai dengan anus
telah dipotong sebab sudah tidak bisa dipakai lagi pasalnya waktu
mahasiswa dengan alasan ekonomi mengkonsumsi mie instant secara
berlebihan sehingga bagian usus yang dipotong tersebut adalah tempat
mengendapnya bahan pengawet yang selalu ada di setiap mie instant
mungkin sejenis borax pengawet untuk mayat (data menunjukan bahwa import
borax dan sejenisnya sangat besar ke Indonesia) dan walhasil
menimbulkan pembusukan ditempat tersebut, semoga semua pihak berhati
hati dalam mengkonsumsi makanan seperti bakso, sosis, mie dll
* Ada lagi, orang yang pernah kena kanker
getah bening (8 kelenjar getah bening kena), dan berobat selama hampir 1
tahun di Singapore menghabiskan lebih dari 1 Milyar pada tahun 1996
sampai 1997 (untung ditanggung kantor), akibat dia mengkonsumsi indomie
plus korned selama 4 tahun terus menerus setiap hari(dengan alasan
karena istrinya sibuk kerja). Menurut dokter yg mengobati nya, penyebab
utamanya adalah pengawet yg ada di indomie dan korned tsb.
Baca selengkapnya di:
Mie Instan = Mie Kanker
Ada seorang pramugari SIA (Singapore Air) yang setelah pindah dari rumah ortunya ke rumahnya sendiri.tidak
memasak tetapi hampir selalu mengkonsumsi mi instan setiap kali dia
makan. kemudian akhirnya menderita kanker dan meninggal karenanya.
saat ini mie instan disebut – sebut sebagai “mi kanker..!!”
There was also an SIA steward who after
moving out from his mother’s house into his own house, did not cook but
ate instant noodles almost every meal. He had cancer, and has since died
from it. Nowadays the instant noodles are referred as “cancer noodles”.
Bahan-bahan Mie Instan yang harus diwaspadai
Bahan-bahan lain yang harus diwaspadai adalah :
1. Bumbu dan pelengkap
Bumbu yang digunakan antara lain adalah
MSG atau vetsin. Titik kritisnya adalah pada media mikrobial, yaitu
media yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme yang
berfungsi memfermentasi bahan baku vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie
instan adalah bahan-bahan penggurih yaitu HVP dan yeast extract. HVP
atau hidrolized vegetable protein merupakan jenis protein yang
dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Sumber enzim
inilah yang harus kita pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan
atau mikroorganisme. Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan
bagaimana penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik
kritis adalah asam amino yang berasal dari hewan.
2. Bahan penambah rasa
Bahan penambah rasa atau flavor selalu
digunakan dalam pembuatan mie instan. Bahan inilah yang akan memberi
rasa mie, apakah ayam bawang, ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso,
barbequ, dan sebagainya. Titik kritis flavor terletak pada sumber
flavor. Kalau sumber flavor dari hewan, tentu harus jelas jenis dan cara
penyembelihannya. Begitupun flavor yang berasal dari rambut atau bagian
lain dari tubuh manusia, statusnya adalah haram.
3. Minyak sayur
Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari hewan atau dicampur dengan lemak hewan.
4. Solid Ingredient
Solid ingredient adalah bahan-bahan
pelengkap yang dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe
kering, dan sebagainya. Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang
digunakan.
5. Kecap dan sambal
Kecap dan sambal pun harus kita cermati lho. Kecap dapat menggunakan flavor, MSG, kaldu tulang untuk menambah kelezatannya.
Baca selengkapnya di:
Rabu, 13/10/2010 13:23 WIB
Sofjan Wanandi: Kasus Indomie Bukan Perang Dagang
Suhendra – detikFinance
Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan
Wanandi berpendapat kasus Indomie di Taiwan bukan kasus perang dagang.
Kasusnya cenderung mengarah pada salah kirim produk Indomie spesifikasi
Indonesia ke pasar Taiwan yang memiliki spesifikasi berbeda.
http://www.detikfinance.com/read/2010/10/13/132304/1463698/4/sofjan-wanandi-kasus-indomie-bukan-perang-dagang