APAKAH
Anda sering merasa lupa atau sulit untuk berkonsentrasi? Waktu tidur
Anda pada malam hari kurang dari enam jam? Nah, jika ini yang dirasakan,
maka tidak diragukan lagi Anda kurang tidur.
Ya,
kurang tidur disadari atau tidak, dapat membuat seseorang sulit untuk
berpikir jernih dan tidak mampu menekan emosi. Umumnya banyak orang yang
kurang tidur tidak menyadari efek kurang tidur sangat memengaruhi
kesehatan pikiran dan mentalnya.
Padahal,
tidur bukan hanya mengistirahatkan tubuh. Lebih dari itu, tidur sudah
terbukti dapat meningkatkan daya ingat, penglihatan, dan kemampuan
belajar.
“Ketika tertidur, sama saja Anda menyimpan energi di tubuh,” kata Barry Krakow MD dalam lamanWebmd.com.
Pengarang buku Sound Sleep, Sound Mind: 7 Keys to Sleeping Through the Night ini mengatakan, saat istirahat, tubuh mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri.
“Hal ini yang menjadikan manusia mampu untuk melakukan kegiatan,baik secara fisik maupun mental,” imbuhnya.
Mencukupi
waktu tidur merupakan hal krusial yang masih banyak dipandang sebelah
mata. Mereka tidak mengetahui bahwasanya kurang tidur dapat berimbas
pada berbagai hal yang merugikan diri mereka sendiri. Sebut saja proses
berpikir yang menjadi lambat.
Para
ahli yang meneliti soal tidur ini menemukan bahwa waktu tidur yang
berkurang dapat berujung pada rendahnya kewaspadaan dan konsentrasi.
Rendahnya kewaspadaan dan konsentrasi inilah yang kemudian menghambat
performa dan membuat orang sulit untuk menyelesaikan masalah yang
membutuhkan logika dan rasional.
Kurang
tidur juga berakibat menurunnya kemampuan untuk membuat keputusan.
Penjelasannya sederhana saja, yakni absennya kemampuan untuk menilai
sesuatu dan menentukan sikap.Kurangnya waktu tidur juga memengaruhi
kemampuan untuk belajar secara dua arah.
Sebab,
Anda tidak mampu untuk memfokuskan diri sehingga sulit mencerna
informasi. Memori atau daya ingat juga dipertaruhkan dalam hal ini. Pada
diri anak-anak atau remaja, kurang tidur dapat membuatnya menjadi
hiperaktif dan sulit belajar.
Mereka
cenderung kehilangan konsentrasi, kerajinan, dan menurunkan kapasitas
daya ingat yang diperlukan untuk berprestasi di sekolah. Asisten
profesor di Fakultas Kedokteran University of Maryland School Avelino
Verceles MD mengatakan, “Ketika seseorang tidur, berbagai hal yang telah
kita pelajari dan alami selama seharian penuh, akan tersimpan dalam
memori jangka pendek,” katanya.
Avelino
menambahkan, ketika tengah mengantuk, orang akan sering merasa lupa
akan sesuatu hal. Misalnya saja tempat ia meletakkan barangnya.Kondisi
ini karena sedang mengantuk dan akan memperburuk daya ingat.
“Saat
Anda tidak mampu berkonsentrasi, informasi yang diterima tidak akan
tersimpan baik di memori jangka pendek ataupun panjang,” sebut Allison T
Siebern PhD, yang memperdalam studinya pada program tentang kesehatan
tidur dan insomnia di Stanford University.
Selain
berbagai keadaan yang sudah disebutkan tadi, kurang tidur juga
menjadikan waktu reaksi seseorang lebih lambat. Kemampuan ini padahal
amat diperlukan, terutama ketika seseorang tengah menyetir atau
melakukan pekerjaan yang membutuhkan reaksi yang cepat.
Badan
Administrasi Keselamatan Jalan Bebas Hambatan (The National Highway
Traffic Safety Administration) memperkirakan sedikitnya ada 100.000
tabrakan yang dilaporkan ke polisi setiap tahunnya akibat pengemudi yang
mengantuk. Kejadian ini terutama menimpa remaja dan orang dewasa,
terutama kaum pria.
Mereka
bisanya adalah pekerja paruh waktu yang bekerja pada malam hari atau
bekerja pada waktu yang tidak tetap, juga orang-orang yang mengalami
gangguan tidur. Lambannya kemampuan orang untuk bereaksi akan
membahayakan dirinya sendiri.
Pada
studi yang dilakukan pada 2009, peneliti dari Universitas Texas
menemukan bahwa waktu istirahat yang terganggu akan menghambat
terintegrasinya informasi. Ini adalah suatu fungsi pada pikiran yang
bergantung pada kemampuan memutuskan sesuatu. Peneliti berpendapat,
profesi seperti pemadam kebakaran, polisi, dan tentara sangatlah rentan
akan fungsi yang satu ini. Kurang tidur juga memengaruhimood secara signifikan.
Menyebabkan seseorang menjadi lebih peka dan semakin berkurangnya kemampuan untuk mengontrol emosi.
“Lambat laun keadaan ini akan memengaruhi hubungan asmara,atau bahkan pekerjaan seseorang,” ujar Allison.
Bahkan,
penderita gangguan tidur yang sudah kronis akan berpeluang menderita
depresi.Ini terungkap dalam sebuah studi pada 2005 silam yang
menyebutkan bahwa orang dengan penyakit insomnia 10 kali lebih berisiko
terkena depresi dan 17 kali lebih berisiko menderita kegelisahan
ketimbang orang yang cukup tidur.
Kurang
tidur dan depresi sangat erat kaitannya sehingga membuat para ahli juga
bingung menentukan mana dari dua keadaan tersebut yang datang lebih
dulu pada pasiennya.
0 komentar:
Posting Komentar